MATILDA


Matilda

Perjalanan yang harus kalian lewati masih begitu panjang

Jangan lelah, jangan menyerah

 

Matilda

Kalianlah kupu-kupu berwarna itu

Segala warna milikmu

Jadilah apa yang kalian mau

 

Hari itu adalah sebuah pertemuan yang bersejarah untukku. Pandangan pertamaku pada Matilda. Gadis-gadis cilik, berhijab putih penuh tanggung jawab. Ada yang agak tembem pipinya, tirus berlesung pipi, kurus namun kuat hati dan pendiriannya. Mereka begitu beragam, namun semua manis senyumnya. Kesan pertamaku pada Matilda.

Aku tak begitu ingat apa detail yang kubicarakan pertama kali pada Matilda. Perasaan canggungku saat itu begitu besar, tapi ramah tamah mereka jauh lebih besar.

Matilda adalah tipikal anak-anak mutiara di dasar lautan. Bersih, benar-benar berkilau. Jika diangkat ke daratan, kupikir tak ada alasan untuk tidak melihat kilauan mereka. Benar-benar bercahaya. Selalu semangat, selalu mau mencoba, itu Matilda dan kawan-kawannya. Hampir setiap hari aku terlibat ikat dengan mereka. Entah itu dalam kesempatan kami menjelajahi dunia ilmu, bercengkerama, bertengkar dan saling mengeluh untuk hal-hal konyol, menangis untuk hal-hal yang perlu ditangisi, bahkan ketika harus saling mengoreksi dan memarahi. Matilda, hatiku tertawa kecil ketika menulis ini.

Kini telah ada sedikit jarak antara aku dan Matilda. Ya, hanya sedikit. Ini bukanlah jarak yang harus aku keluhkan, karena bagiku Matilda dan yang lainnya tetap ada.

Bu, apa kabar?

Siapa juara kelas di sana?

Bu, saya kangen.

Bu, tadi saya ada lewat depan rumah Ibu.

Bu, kapan kita bertemu?

Kabar-kabar kecil dari Matilda. Kabar-kabar kecil dari Matilda.

 

Dari kabar-kabar ini aku tahu Matilda terus bertumbuh. Hingga suatu ketika, aku mendapat kabar bahwa bulan di kelas Matilda masih diduduki oleh Mina si kecil. Rayya sedikit sedih karena ia tak lagi di belakang Mina. Muncul Estrella di tengahnya. Tiga sekawan yang katanya posisi ini harus milik kita. Dan di hari itu, Rayya memberitahuku bahwa papa mengomelinya.

Aku tak terkejut mendengar kabar-kabar ini. Karena seperti kataku tadi, Matilda terus bertumbuh. Bahkan, Roanna yang dulunya sempat terlalaikan, meraih lima di tangannya. Aku yang saat itu mendapat kabar langsung darinya, merasa “Ya, tentu saja. Ini sudah pasti karena memang kamu bisa.” Pastinya Roanna menangis di hari itu.

Belum lagi para jagoan di kelas Matilda. Kabar yang baik mengantarkan mereka semua. Dario duduk di empat pertama dan Javi memenangi dirinya di urutan tujuh. Mereka memberi kabar yang bahagia. Bagaimana dengan teman-teman seperjuang Matilda lainnya? Aldo calon pengusaha masa depan, Rafal sang pemilik senyum sejuta pesona tapi katanya tidak gombal, atau Ardian yang katanya ingin punya helikopter untuk menyiram sawah-sawah di kampungnya yang sering kekeringan? Terdengar jauh sekali bukan andai-andai ini? Tapi kembali aku yakin, mereka pasti bertumbuh.

Banyak yang akan berubah, Matilda. Aku berharap semua perubahan yang akan terjadi adalah perubahan yang baik, perubahan yang membuat hati kalian menjadi hangat dan terpuji. Kalau pun tidak baik, kita akan terus berusaha menjadi baik bukan, Matilda? Apa yang membuat kita harus berhenti berjuang? Kalau ternyata ada begitu banyak orang yang mendoakan kebaikan untuk kita.


Hari akan selalu berganti.

Dan aku akan menjadi lupa dan hilang suatu hari nanti. 

Karena itu aku menulis ini. 

MATILDA

Komentar

Postingan Populer